7 Amalan yang Baik untuk Dilakukan di Malam Nisfu Syaban
Ada tujuh amalan yang baik untuk dikerjakan umat Muslim saat Nisfu Syaban.
1. Puasa Nisfu Syaban
Perlu digaris bawahi bahwa berpuasa sunnah tidak dikhususkan di hari atau jelang malam nisfu Syaban saja. Dikutip dari laman Rumaysho, Rasulullah paling gemar berpuasa di bulan ini, dibandingkan bulan-bulan yang lainnya selain berpuasa wajib di bulan Ramadhan.
Keterangan itu berdasarkan hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Syaban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan,
لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّه
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Syaban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Syaban seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156)
Pada buku Keagungan Rajab & Sya’ban oleh Abdul Manan Bin Hj Muhammad Sobari, dijelaskan puasa di pertengahan bulan Syaban menjadi amalan yang dianjurkan. Hukum puasanya sunnah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut:
“Jika tiba waktu malam nisfu Syaban, maka beribadahlah dimalamnya dan puasalah di siangnya, karena sesungguhnya Allah Ta’ala menurunkan rahmat-Nya mulai tenggelamnya matahari (Maghrib) di langit dunia dan berfirman, ‘Siapa yang meminta ampun akan Aku ampuni. Siapa yang minta rezeki akan Aku beri rezeki. Siapa yang terkena musibah akan Aku sembuhkan. Siapa yang minta ini dan itu seterusnya, sampai waktu terbitnya fajar (matahari).” (HR. Ibnu Majah).
2. Sholat Sunnah
Amalan lainnya saat Nisfu Syaban adalah menunaikan sholat sunnah. Ada yang mengerjakan sholat sunnah, seperti sholat hajat, sholat taubat, dan sholat tasbih. Laman NU menyertakan dengan hadits:
قوله صلى الله عليه وسلم: “الصلاة خير موضوع، فمن شاء استكثر ومن شاء استقل” قال الحافظ في الفتح” 479/2: صححه ابن حبان
“Shalat adalah sebaik-baik syariat, siapa yang ingin memperbanyak maka perbanyaklah, dan siapa yang ingin melakukan sedikit maka lakukanlah” (Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadis ini dinilai sahih oleh Ibnu Hibban. Fath Al-Bari 2/479)
Dalam bukunya, Abdul Manan Bin Hj Muhammad Sobari juga menyertakan anjuran shalat Magrib berjamaah pada tanggal 14 Sya ‘ban/malam tanggal 15 Sya’ban. Shalat berjamaah dilakukan di masjid dilanjutkan dengan dzikir wirid pendek ba’da Magrib.
Abdullah bin Mas’ud ra berkata bahwa Nabi saw telah bersabda,
“Barangsiapa mengerjakan shalat di malam Nisfu Sya’ban 100 raka’at dan tiap-tiap raka’at dia membaca S. Al Fatihah dan S. Al Ikhlas 5 kali, maka Allah SWT menurunkan/mengirimkan 500.000 malaikat. Tiap-tiap malaikat membawa satu daftar catatan (yang terbuat) dari cahaya. Mereka menuliskan pahala (orang yang shalat pada malam Nisfu Sya’ban) sampai hari kiamat.”
3. Membaca Doa Nisfu Syaban
Seorang Muslim dapat membaca doa Nisfu Syaban seperti yang tertera dalam Kitab Maslakul Akhyar karya Mufti Betawi Sayyid Utsman bin Yahya berikut:
اَللّٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ وَالإِنْعَامِ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ وَجَارَ المُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الخَائِفِيْنَ اللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُومًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللّٰهُمَّ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَاقْتِتَارَ رِزْقِيْ، وَاكْتُبْنِيْ عِنْدَكَ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ المُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ المُرْسَلِ “يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ” وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَــالَمِيْنَ
Allahumma ya dzal manni wa la yumannu ‘alaik, ya dzal jalali wal ikram, ya dzat thawli wal in’am, la ilaha illa anta zhahral lajin wa jaral mustajirin wa ma’manal kha’ifin.
Allahumma in kunta katabtani ‘indaka fî ummil kitabi syaqiyyan aw mahruman aw muqtarran ‘alayya fir rizqi, famhullahumma fî ummil kitabi syaqawati wa hirmani waqtitara rizqi, waktubni ‘indaka sa’idan marzuqan muwaffaqan lil khairat.
Fa innaka qulta wa qawlukal haqqu fî kitâbikal munzal ‘alâ lisâni nabiyyikal mursal, “yamhullâhu mâ yasyâ’u wa yutsbitu, wa ‘indahû ummul kitâb” wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammad wa alâ âlihî wa shahbihî wa sallama, walhamdu lillâhi rabbil ‘alamîn.
Artinya: “Wahai Tuhanku yang maha pemberi, engkau tidak diberi. Wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan. Wahai Tuhan pemberi segala kekayaan dan segala nikmat. Tiada Tuhan selain Engkau, kekuatan orang-orang yang meminta pertolongan, lindungan orang-orang yang mencari perlindungan, dan tempat aman orang-orang yang takut.
Tuhanku, jika Kau mencatatku di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, atau orang yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, dan kesempitan rezekiku.
Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata-sementara perkataan-Mu adalah benar–di kitabmu yang diturunkan melalui ucapan Rasul utusan-Mu, ‘Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki. Di sisi-Nya Lauhul Mahfuzh.’ Semoga Allah memberikan shalawat kepada Sayyidina Muhammad SAW dan keluarga beserta para sahabatnya. Segala puji bagi Allah SWT.”
4. Memperbanyak Doa
Umat Islam dianjurkan untuk membaca doa sebanyak mungkin untuk menyambut Nisfu Syaban. Malam Nisfu Syaban bisa menjadi waktu tepat untuk memohon pertolongan dan permintaan pada Allah SWT.
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا ياَ كَرِيْمُ.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ وَالْمُعَافَاةَ الدَّائِمَةَ فِي الدِّينِ وَالدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.
“Ya Allah, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan menyukai sifat pemaaf, maka ampunilah kami wahai dzat yang maha mulia. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu pengampunan, kesehatan dan pemeliharaan yang berkesinambungan dalam hal agama, dunia dan akhirat.”
5. Membaca Yasin
Amalan sunnah ini didasarkan pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakar. Nabi Muhammad SAW bersabda:
يَنزِلُ اللهُ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِكُلِّ شَيْءٍ، إلَّا لِرَجُلٍ مُشْرِكٍ أَوْ رَجُلٍ فِي قَلْبِهِ شِحْنَاء
Artinya, “Allah swt turun ke langit dunia pada malam Nisfu Syaban. Dia akan mengampuni segala sesuatu, kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan).” (HR al-Baihaqi).
Di malam tersebut, banyak masyarakat yang membaca Surat Yasin tiga kali, sambil memperbanyak berdoa. Surat Yasin yang pertama dibaca untuk memohon panjang umur (yang barakah) dan ketaatan/ketaqwaan serta dapat istiqamah kepada Allah SWT.
Surat Yasin yang kedua dibaca untuk memohon dijauhkan dari segala bentuk musibah, fitnah, bala/marabahaya lahir batin. Ketiga, surat Yasin dibaca untuk memohon kaya hati yang langsung dari Allah. Surat Yasin tersebut juga bisa dibaca setelah Maghrib, seperti penjelasan berikut.
وقال العلامة الديربي في “مجرباته” (ومن خواص “سورة يس” -كما قال بعضهم- أن تقرأها ليلة النصف من شعبان “ثلاث مرات”: الأولى بنية طول العمر، والثانية بنية دفع البلاء، والثالث بنية الإستغناء عن الناس.
“Adapun pembacaan surat Yasin pada malam Nisfu Sya’ban setelah Maghrib merupakan hasil ijtihad sebagian ulama, konon ia adalah Syeikh Al-Buni dan hal itu bukanlah suatu hal yang buruk”. (Syaikh Muhammad bin Darwisy, Asná al-Mathálib, 234)
6. Memperbanyak Dzikir
Amalan nisfu selanjutnya adalah berdzikir. Dalam dzikir, umat Islam dapat mengucap tahmid dan takbir sebanyak 100 kali. Setelah itu, dilanjutkan dengan sholawat nabi sebanyak 100 kali dan dzikir-dzikir lainnya kepada Allah SWT. Terdapat pula anjuran membaca Tasbih Nabi Yunus sebanyak 2.375 kali:
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Syekh Abdul Hamid Qudus dalam kitab Kanzun Najah Was Surur mengatakan:
فإن تلاوة هذه الآية في هذه الليلة بالعدد المذكور تكون أمانا فى ذلك العام من البلايا والأوهام
“Siapa yang membaca dzikir ini di malam Nisfu Sya’ban sebanyak (2375) kali, maka dengan izin Allah Taala, ia akan diberikan perlindungan dari bala sampai tahun akan datang.”
7. Memperbanyak Istighfar dan Menjauhi Larangan-Nya
Tidak ada satu pun manusia yang bersih dari dosa dan kesalahan. Itulah sifat manusia, yang dalam kesehariannya sering kali terjatuh dalam dosa. Meskipun demikian, Allah SWT senantiasa membuka pintu ampunan bagi siapa pun yang meminta.
Sebaik-baiknya berdoa juga perlu dibarengi dengan meminta ampunan (istighfar), terutama di malam Nisfu Syaban. Namun, di malam ini juga ditekankan agar umat muslim jangan melakukan larangan-Nya. Sebab ada dosa yang tidak diampuni pada Nisfu Syaban, sebagaimana diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal bahwa Rasulullah bersabda:
“Pada malam Nisfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya”ban), Allah akan mengumumkan kepada sekalian manusia, bahwa la akan mengampuni orang-orang yang mau beristighfar (minta ampunan-Nya), kecuali kepada orang-orang yang menyekutukan-Nya, juga orang-orang yang suka mengadu domba (menciptakan api permusuhan) terhadap saudara muslim.” (HR. al-Thabrani dan Ibnu Hibban)
Dalam riwayat lain dari Aisyah disebutkan bahwa Rasulullah bersabda:
“Malaikat Jibril telah datang kepadaku, seraya berkata: “Malam ini adalah malam Nisfu Sya’ban. Dan pada malam ini pula Allah akan membebaskan hamba-hamba-Nya dari neraka. Namun Allah akan membiarkan enam kelompok manusia tetap dalam neraka, karena telah melakukan dosa-dosa besar, yaitu:
1. Orang yang menyekutukanNya (syirik),
2. Orang yang suka mengadu domba (menciptakan permusuhan) terhadap sesama muslim,
3. Orang yang memutuskan tali silaturahim,
4. Orang yang sombong, yang berjalan dengan angkuh,
5. Orang yang durhaka terhadap kedua orangtuanya,
6. Orang yang kecanduan minuman keras’.” (Syu’ab al-Iman lil Baihaqy)